Thursday 8 October 2015

Rupiah Menguat, Ekonomi Mulai Meroket, Agus Martowardoyo Menjegal Jokowi

Optimisme Jokowi, bahwa Oktober ekonomi kita mulai meroket, mulai terbukti. Sebelumnya banyak yang pesimistis bahwa ekonomi kita sedang menuju kehancuran. Bahkan, para lawan-lawan politik Jokowi sudah memprediksi bahwa lengsernya Jokowi tinggal menunggu waktu. Dasar prediksi lawan Jokowi itu adalah tren melemahnya Rupiah yang nyaris menyentuh angka Rp. 15.000 per dollar. Melemahnya Rupiah menciptakan efek domino terhadap ekonomi Indonesia seperti banyak pabrik gulung tikar, PHK dan daya beli yang menurun.
Melihat tren Rupiah yang semakin terperosok, masyarakat kita terbelah dua. Ada yang tetap yakin akan kemampuan Jokowi dan tetap mendukungnya dalam memimpin Indonesia keluar dari krisis. Namun ada banyak juga yang semakin khawatir dan mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi ke depan? Benarkah Jokowi mempunyai kemampuan memimpin Indonesia keluar dari krisis? Apakah kita salah memilih Jokowi? Ada keraguan dan atas kemampuan Jokowi.
Puncak badai yang menerpa Jokowi sebetulnya sudah dilalui.  Sekarang badai menakutkan itu sudah mulai berangsur-angsur hilang. Hari ini (6/10/2015), Rupiah semakin perkasa. Hanya dalam tempo tiga hari, Rupiah yang sebelumnya bertengger Rp. 14.790 meroket naik menjadi Rp. 14.175 per dollar. Luar biasa dalam tiga hari sudah naik  lebih Rp. 600,- Sebuah lompatan yang sulit dipercaya. Tren Rupiah jelas akan semakin menguat hingga di kisaran Rp. 13.000 pada akhir Oktober ini.
Melihat fenomena Rupiah yang perkasa, para analisis terkejut dan  buru-buru mencari dalil penguatan Rupiah. Ada yang mengatakan bahwa meroketnya Rupiah bukan karena Jokowi tetapi karena The Fed yang urung menaikkan suku bunganya. Tren melemahnya dollar dan menguatnya Rupiah juga terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi juga di pasar Asia dan di Eropa. Namun sebenarnya itu hanya kebetulan. Rupiah menguat karena jelas ada usaha extra super hebat Jokowi. Bukankah Jokowi telah berkoak-koak sebelumnya bahwa Oktober ekonomi kita akan meroket? Bukankah Jokowi telah memprediksi Rupiah menguat?
Saat itu banyak pihak yang mencibir pernyataan Jokowi itu termasuk Ekonom Faisal Basri? Namun tak ada satu pun para analisis ekonomi kita yang mengatakan bahwa Rupiah akan kembali rebound. Think again, banyak para analisis terus mencari alasan penguatan Rupiah termasuk seabrek grafik dan statistik. Sebelumnya banyak yang pesimistis akan ekonomi kitake depan dan banyak yang memprediksi jika Rupiah akan menyentu angka Rp. 16.000 - Rp. 25.000,- per dollar. Namun apa yang terjadi? Rupiah menguat dengan cara fenomenal.
Penguatan Rupiah sontak melahirkan optimisme baru di bursa saham yang naik tajam. Hari ini IHSG hampir menyentuh level optimisme pada level 4.400. Kelihatan sekali para investor asing panik dan mulai buru-buru membeli saham-saham yang sudah murah. Ada aura positif kesibukan luar biasa di pasar saham. Para investor yang semula khawatir, ini mulai balik badan dan optimis akan masa depan ekonomi Indonesia.
Efek paket kebijakan ekonomi I dan II Jokowi mulai ‘nendang’. Kamis ini, Jokowi akan mengeluarkan paket kebijakan III yang mendukung kebijakan yang telah dikeluarkan sebelumnya. Hari ini juga Jokowi akan meluncurkan program padat karya dengan pembangunan 16 pabrik baru yang akan menyedot tenaga kerja lebih 120 ribu orang untuk setahun ke depan. Hitung-hitung, korban PHK berjumlah 43.000 orang. Pembangunan 16 pabrik itu akan membuka 60.000 lowongan pekerjaaan baru untuk tahun ini saja. Data pertumbuhan ekonomi juga sudah mulai tumbuh kembali dan trennya semakin meroket. 
Jokowi dengan perhitungan matang dengan berani membentuk poros Jakarta-Peking. Proyek kereta api berkecepatan sedang telah diserahkan kepada Cina dengan konsep pembiayaan bussines to bussines. Jepang yang selama ini terlalu kaku,pelit, hitung-hitungan dalam membantu kemajuan Indonesia mulai ditinggalkan Jokowi. Prospek kerja sama dengan Cina yang memang lebih moderat dan agresif daripada Jepang, lebih dipilih Jokowi. Berkat kesepakatan spektakular dengan Cina, mulailah mengalir ratusan triliun  investasi Cina ke Indonesia. Namun itu bukan utang, tetapi investasi. Gaung dan efek investasi Cina sudah mulai terasa bulan Oktober ini. Inilah salah satu optimisme Jokowi. 
Lewat kebijakan perlindungan hukum kepada para kepala daerah dalam menggenjot serapan anggaran, maka puluhan hingga ratusan infrastruktur sedang dibangun. Dana desa sudah mulai digunakan dan terus menghidupkan ekonomi desa. Berkat deregulasi dan debirokratisasi, investasi diyakini segera masuk dengan lancar.  Ada kemungkinan Rupiah semakin perkasa terhadap dollar hingga bertengger di angka Rp. 12.000 pada akhir bulan Desember mendatang. Maka optimisme Jokowi bahwa bulan Oktober ekonomi mulai meroket, akan menjadi nyata. Itu juga akan membungkam para pengkritik Jokowi. Seterusnya para haters dan pengkritik itu akan mati kutu dan berbalik memujinya jika 2-3 tahun mendatang kemajuan Indonesia sudah mulai terasa.
Agus Martowardoyo Menjegal Jokowi
Ada yang aneh pada diri Gubernur BI yang mengkritik Jokowi soal keinginan Jokowi menurunkan harga BBM. Sangat jelas di mata Agus, bahwa jika Jokowi akan menurukan harga BBM, maka arah kemeroketan semakin kinclong, geger dan spektakuler. Dan inilah yang ditakuti Agus. Agus yang notabene pilihan mantan Presiden SBY untuk menduduki tahta Gubernur BI tentu tidak mau kalau Jokowi sukses. Agus enggan kalau ekonomi kita kembali meroket. Mungkin karena gaji Agus mencapai Rp. 200 juta per bulan lebih besar dari Presiden Jokowi yang hanya 60 jutaan lalu dia tidak merasakan penderitaan rakyat dengan menurunkan harga BBM? Apakah Agus ingin kalau Jokowi jatuh?
Agus tentu saja masih mencintai SBY, yang telah memilihnya sebagai Menteri Keuangan dan sekarang menjadi Gubernur BI. Agus ingin agar nama SBY tetap lebih hebat dari pada nama Jokowi. Padahal selama 10 tahun memerintah, SBY terus menumpuk utang luar negeri, meminjamnya dan memasukkan ke Indonesia dalam bentuk dollar. Arus deras dollar yang masuk, membuat  Rupiah kelihatan tetap kuat. Maka citra SBY pun tetap terpelihara dan tidak seperti Jokowi yang banyak diserang gara-gara Rupiah sekarang ini. Padahal kalau mau,  Jokowi tinggal meminjam  sekian milliard dolar dari world bank, IMF. Dijamin Rupiah akan nangkring di bawah Rp. 10.000,-
Ada indikasi bahwa Aguslah yang sengaja membuat Rupiah terperosok. Agus membiarkan Rupiah semakin terperosok dengan maksud mencelakakan Jokowi. Padahal pihak yang paling bertanggung jawab atas Rupiah adalah Bank Indonesia. Kelihatan sekali sangat minim usaha-usaha yang dilakukan BI dalam mengerem kemerosotan Rupiah. Agus hanya berkoak-koak bahwa Rupiah sudah undervalue.
Di zaman SBY, Agus sekuat tenaga mengerem laju penurunan Rupiah dengan usaha super extra. Namun di zaman Jokowi? Usahanya suam-suam kuku dan setengah hati. Jika Jokowi sedikit melakukan intervensi terhadap BI, Agus jelas menolak dan berlindung pada undang-undang tentang independensi BI. Jelas Jokowi tidak leluasa mengintervensi BI.  Celakanya, usaha-usaha yang dilakukan BI terkait dengan pelemahan Rupiah, hanya artifisial dan seremonial. Jokowilah yang setengah mati mencari segala cara untuk menguatkan Rupiah kembali dengan mengeluarkan berbagai terobosan kebijakan. Ke depan, sudah seharusnya Jokowi mengusulkan penggantian Gubernur BI itu kepada DPR.
Tentu saja banyak pihak yang mengatakan bahwa terlalu naif jika Agus Martowardoyo punya itikad buruk terhadap Jokowi. Agus tidaklah seburuk itu. Namun  bagi yang belum tahu, silakan telisik dan baca sinyal-sinyal kuat sepak terjang kebijakan Agus selama ini, termasuk orang yang memilihnya sebagai Gubernur BI, SBY, yang terus menggurui Jokowi di Twitter. Tak banyak yang tahu bahwa ada perseteruan sengit sunyi senyap antara Darmin Nasution vs Agus perihal kebijakan paket ekonomi, termasuk keinginan Jokowi yang menurunkan harga BBM yang terus ditentang Agus. Lucunya ketika Rupiah semakin meroket, banyak yang mengucapkan terima kasih kepada Agus (#thankagus).
Kembali kepada ekonomi kita yang mulai meroket. Memang di luar dugaan banyak orang, ternyata Jokowi punya insting ekonomi yang brilian. Masih banyak orang yang menyangsingkan kehebatan Jokowi yang dua kali wali kota Solo (terpilih menjadi wali kota terbaik nomor tiga di dunia), lalu sukses menjadi Gubernur DKI dan dalam sekejap berhasil menjadi Presiden RI. Tidak ada orang di republik ini sehebat karir Jokowi. Ide baju kotak-kotaknya, baju kerja kemeja putihnya, ide blusukannya, senyumnya yang tulus, politik meja makannya yang semuanya dipandang sebagi ide brilian. Apakah semua itu tidak cukup meyakinkan? 
Apakah tidak cukup bukti bahwa Jokowi itu hebat? Lihatlah perseteruan KIH-KMP yang sekarang di bawah Kontrol Jokowi. Faktanya sekarang, DPR di bawah kendali Jokowi. Tidak banyak orang yang sebrilian Jokowi itu. Apakah itu tidak cukup? Lihatlah TNI-Polri yang berhasil digenggam Jokowi setelah konsolidasi nan menderu. Itu sebuah strategi luar biasa yang membungkam para lawan poltiik Jokowi. Kemampuan Jokowi yang  telah berhasil membuat militer di belakangnya dengan memilih Gatot sebagai panglima TNI, Sutiyoso sebagai Kepala BIN, Luhut sebagai Menkopolkam dan seterusnya adalah bukti insting militer Jokowi yang sipil.
Sekarang mari mendukung Jokowi, tanamkan optimisme tinggi sambil terus  kerja dan kerja, jauhi korupsi, jangan hanya berpikir negatif melulu dan terus larut dalam kebencian. Songsonglah kemajuan yang sudah di depan mata yang akan dialami  bangsa ini di bawah pimpinan Jokowi.
( Asaaro Lahagu ) 
Source : kompasiana.com
Share:

0 komentar:

Post a Comment